Untuk aku, kamu, dan dia yang ingin mati !
Stres
Depresi
Trauma
Patah hati
Benci
Marah
Putus asa
Atau mungkin karena gila
Itulah
sebab-sebab yang biasanya membuat seseorang merasa ingin mati saja. Ketika tak
ada lagi yang mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya, mati adalah
jalan terakhir yang dapat dilakukan untuk membuat semuanya “selesai”.
Apakah
setiap orang pernah mengatakan “aku ingin mati !” ?
Bukankah
bunuh diri terjadi karena alasan ? karena ada penyebabnya ? dan itu karena tekanan
batin.
Batin
akan tertekan karena ada masalah. Tapi, apakah setiap masalah selalu berujung
pada niat kejam itu ? ah, setiap orang memang punya masalah. Selalu ada. Dengan
adanya masalah, manusia akan dituntut untuk “berpikir”, itulah kenapa manusia
makhluk sempurna karena dia punya akal. Akal yang membuatnya dapat berpikir
sehat untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Apakah
selamanya akal dapat berpikir sehat ? ya, tergantung :
1. Seberapa besar masalah yang sedang dihadapinya
2. Seberapa kuat jiwanya dalam menghadapi masalah
3. Seberapa banyak dukungan yang didapatnya
4. Seberapa banyak orang-orang yang membantunya
1. Besarnya masalah
Setiap manusia
punya masalah. Hanya tentunya, tingkatan masalah yang dihadapi setiap individu
itu berbeda-beda. Terjadi karena :
2. Kuat tidaknya individu itu dalam menghadapi masalah
Karena
Allah tidak akan memberi ujian melampaui batas kemampuan hambaNya. Semakin
besar masalah yang dihadapi, semakin kuat seseorang itu sebenarnya. Dan semakin
banyak masalah yang dihadapi, semakin besar kasih sayang Allah padanya.
Ya,
begitulah uniknya Allah dalam mengapresiasikan kasih sayangNya. Tidak hanya
dengan memberikan nikmat hidup, tapi sepaket dengan ujian hidup. Dia sedang
menguji sejauh mana makhluk yang disayangiNya dapat bertahan hingga hari pertemuan
itu terjadi. Malaikat akan memberikan kesaksian atas kesabaran jiwa manusia
untuk menjadi kekasihNya yang cintanya sudah teruji itu.
3. Berapa banyak dukungan yang diterima
Manusia itu
makhluk sosial. Sekuat apapun, akan ada saatnya manusia membutuhkan orang
lain. Sekedar untuk mengungkapkan isi
hatinya. Agar didengar. Agar ia mendapat kepercayaan lebih banyak dari
kawan-kawannya. Agar ia lebih yakin bahwa dia memang bisa menghadapi masalah
yang ada. Dan sekedar berkata, “jika mereka percaya, kenapa aku tidak ?”
Karena jika
dia tidak percaya, maka masalah itu tak akan kunjung selesai. Dan jika dia
percaya, masalah itu akan cepat selesai dengan akhir yang baik.
4. Berapa banyak bantuan yang diterima
Adakalanya,
tak hanya kepercayaan yang dibutuhkan.Karena masalah itu datang bisa jadi
terlalu berat. Ia butuh seseorang untuk membantunya. Membagi masalah yang
dipikul seorang diri. Berbagi cerita, berbagi duka, berbagi uluran tangan.
Namun tak mudah mendapat uluran
tangan ini. Manusia itu berfariatif. Ada yang benar-benar baik. Ada juga yang
berpura-pura baik. Ada yang benar-benar tak peduli, ada juga yang berpura-pura
tak peduli.
Resiko “berbagi” ini cukup perlu
dipertimbangkan. Bisa jadi, orang yang kamu percaya menusukmu dari belakang.
Dengan apa ? dengan sekedar menyebarkan aibmu. Menggunjingkan kelemahanmu. Memperburuk
masalah. Ada orang yang begitu kok. Ada.
Tapi, tak sedikit pula orang
yang tulus membantu. Hanya saja, kamu
juga harus memperhatikan “kriteria” membantu seperti apa yang dapat dilakukannya.
Bisa jadi orang yang kamu
percaya suatu saat akan menjadi masalah bagimu. Semakin banyak orang yang kamu
percaya, semakin banyak masalah yang harus siap kamu hadapi.
Itulah
faktor yang akan mengakibatkan akal kita berjalan “sehat” atau tidak.
Saat
seseorang menghadapi masalah terlalu besar, merasa tak sanggup, tak ada
dukungan, dan tak ada bantuan, maka hati akan pengap. Jantung tidak akan
bekerja dengan baik hingga supply oksigen tidak akan optimal mengaliri otak.
Otak yang kehausan akan membuat akal bekerja tidak sehat. Jika sudah begini,
seseorang akan mengambil jalan pintas.
“aku ingin mati !” akan terucap,
ketika :
Tak ada lagi
yang dapat kamu lakukan
Tak ada lagi
yang dapat kamu percaya
Atau saat
harapan itu pupus
usahamu dibilang
selalu kurang
kau selalu
dianggap salah
usahamu tak
berbuah manis
kepercayaanmu
dihancurkan sedemikian hancurnya
Ketika kau
disebut menjerumuskan orangtua pada neraka, dan kata maaf tak lagi berguna
bodoh dan pintar
dianggap sama saja
Dan ketika
kehadiranmu tak dihargai lagi, maka
kau merasa hidup
atau mati sama saja artinya ! kau akan tetap tersakiti.
Aku ingin
mati ! aku benar-benar ingin mati ! adakah sedikit saja usahaku yang ‘berarti’
baginya ? salah, salah, dan salah !
Ketika sedikit
saja kau melakukan kesalahan, maka akan dianggap besar dan melebar. Saat kau
membela diri, semakin dalam dia menusukmu. Saat kau memohon-mohon, tusukan itu
tak akan dilepaskan dan semakin dalam. Semakin sesak. Semakin sakit.
Apa gunanya
bertahan jika hasilnya sama saja ?! aku tetap akan mati !
Aku
bertanya-tanya, apa jadinya jika aku mati ? akankah semua ini berakhir ?
Akankah dia sadar bahwa DIALAH yang telah membunuhku
?
Aku selalu
dianggap kurang. Dianggap salah. Dianggap pecundang. Dianggap parasit. Dianggap tidak ada !
Adakah
sedikit saja usahaku yang ‘berarti’ baginya ? lalu kenapa semua ini tak pernah
cukup ? kenapa ucapannya menusukku dan berkata seolah aku ini tak ada artinya
baginya ?
Aku udzur,
aku bodoh, aku tak berguna ! begitukah ?
Atas
segala upayaku untuknya, inikah yang aku dapat ?
Dan saat upayaku untuk bersuara malah semakin
mencekikku, Aku ingin mati saja !
Tapi,
ketika seseorang tak sanggup untuk mengakhiri hidupnya, ketika dia tak mampu
menahan rasa sakit sekalipun dalam usaha terakhirnya, maka ketika itu akal
merubah haluan. Saat seseorang tak bisa merubah keadaan, maka dia akan merubah
dirinya sendiri. dia akan berubah.
Lihat
saja, miley cyrus. Berapa besar perubahan yang terjadi padanya ? perubahan itu terjadi
bukan karena ‘tak ada apa-apa’. Ada setidaknya banyak hal yang membuat dirinya
tak mampu hidup seperti biasa lagi. Tak mampu menjadi wanita baik lagi. Apa
gunanya ? wanita baik sudah hilang dalam dirinya.
Lalu
bagaimana dengan marshanda, yang baru hangat-hangatnya merubah diri menjadi
lebih baik. Padahal dia sudah menempuh titik motivator bagi banyak orang. tapi akhirnya
dia kembali merubah diri. Karena ancaman ‘stres’ selalu ada saat jiwanya kembali tertekan oleh orang-orang
yang awalnya membuat akalnya sehat, seketika sakit, menusuk luka yang
seharusnya sudah terobati.
Masalah ada. Lalu selesai. Namun
belum tentu tidak akan kembali lagi.
Tekanan ada. Lalu terkendali.
Namun bukan berarti tidak akan kembali lagi.
Selama manusia masih “hidup”,
kemungkinan terburuk selalu ada.
Tapi, aku rasa “cinta” bisa
merubahnya. Seburuk apa pun keadaan seseorang, cinta bisa menjadi benih yang
menumbuhkan kehidupan barunya. Hadinya Seseorang yang akan membuat kamu merasa
“ada” dan ingin tetap hidup bersamanya.
Ah, bodohnya aku. Bahkan karena
Cinta, seseorang juga bisa terjun menjatuhkan dirinya di jalanan. Lalu hancur.
Mati !
#catatan : untuk kamu yang
‘broken’, carilah alasan yang membuatmu tetap hidup ! jika tak ada satu
orangpun yang dapat menahanmu dari bunuh diri, carilah Tuhan ! Dia selalu ada.
Dia yang menghidupkanmu dan Dia pula yang paling berhak untuk mematikanmu.
Hiduplah untukNya.. Allah Maha Mengetahui, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Suatu
hari, manisnya hidup akan kau rasakan dengan keajaibanNya...
Makasih, blog telah membuat saya meneteskan air mata. Allah yg berhak mematikan saya.
ReplyDeleteMengapa hidup kejam sekali ? Saya ingin mengakhiri semuanya 😭
ReplyDelete