Problematika pacaran #3 serie Jangan Munafik
“ibu
sangat setuju dengan kata-kata mario teguh saat diwawancara di Metro Tv” kata
guru semi killer kami yang sering bikin kata-kata jleb ke hati lewat sindiran
dan ketawaannya.
“mario
bilang, Kata pacaran sendiri harus diperjelas lagi definisinya. Yang seperti
apa yang dikatagerikan “pacaran” sejujurnya itu.” Lanjutnya. Menyipitkan mata
dengan kulit pipi yang sudah keriput dan memperlihatkan giginya yang lucu.
Pacaran
itu berasal dari kata pacar. Dan yang kita tahu, “pacar” itu saat ada yang
nembak dan diterima oleh yang ditembak. Yaa gitulah..
Sebenernya untuk proses yang
banyak disebutkan orang-orang dengan kata ‘jadian’ sih mudah banget. Karena
kalau nerima tembakan itu mudah. Tapi menghindarinya susah. Ya gak ? Kecuali,
orang yang sudah profesional yang bisa menghindari tembakan bahkan sebelum
peluru itu dilepaskan. Karena yang berhasil nolak cowok itu yang sudah mahir
memprediksi. Duuh, kok jadi ke sini.
Okeh. Sebenernya tujuan postingan
kali ini adalah seputar problematika pacaran, dengan judul Jangan Munafik. Nah,
pasti heran kan apanya yang jangan munafik ?
“kita ini manusia. Yang
hakikatnya hidup di dunia ini adalah untuk melahirkan keturunan. Iya kan ?”
Semua murid hening. Berpikir. Lalu mengangguk.
“nah, oke, kita Jangan Munafik
lah.. semua orang tentu ingin punya keturunan yang meneruskan generasinya.”
“tentu saja, sebelum kita
menemukan orang yang pas perlu yang
namanya berkenalan. Kita harus benar-benar mengetahui siapa yang akan kita
jadikan pasangan hidup nantinya.”
Kalian paham apa yang dimaksud
dari kalimat yang dilontarkan guruku di atas ? Sambungkan dengan “pendefinisian
kembali kata pacaran” sebelumnya.
Sampai sekarang, definisi pacaran
itu sendiri masih abu-abu. Walau kebanyakan negatif sih. Tapi, apakah ta’aruf
bukan pacaran ?
Simpelnya, pacaran sih tidak
salah. Tapi... kegiatan apa yang dilakukan diantara sepasang laki-laki dan
perempuan itulah yang menjadikan suatu
hubungan itu halal atau haram. Kalau namanya ta’aruf, tapi kegiatannya yang
begituan, sama aja kan ? atau kalau adik kakak-an tapi banyak gombal, apa
bedanya ? kalau ayah ibu-an tapi punya anak, itu mah orangtua kita.. :D
Tapi, hellow.. serius. Agak risih
aja sama orang yang ngakunya sih ‘pacaran’ pake manggil “Mama Papa” atau “umi
Abi (ini yang paling gue gak suka)”. Aduuuuh.. gak takut apa kalau mereka punya
anak sebelum waktunya ? -_-
Itulah teori pertama yang aku
dapat simpulkan dari perkataan bu guru. Bahwa pacaran itu ya tergantung
kegiatannya. Dijaga aja hatinya biar gak dag-dig-dug serrr kalau lagi berduaan
karena buat ulah romantisan sebelum dihalalkan.
Dan, teori kedua adalah.. bahwa
hubungan apapun yang kita jalin, hakikatnya gak jauh dari ‘menghasilkan
keturunan’. Kita berlogika sehat aja yah.. jangan berpikiran unsur yang
berkerikil-kerikil dalam imajinasi.
Jangan salah, menghasilkan
keturunan itu baik. Selain karena hakikat hidup di dunia, tapi juga perintah
Allah dan RasulNya.
Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu
yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya,
kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali.
(Qs. An Nisaa (4) : 1)
(Qs. An Nisaa (4) : 1)
Hubungannya dengan pacaran, begini..

Kan harus kenal dulu sebelum nikah ?
Jangan munafik ! berapa banyak anak orang yang kamu buat
nangis setelah putus ?
Berapa banyak orang yang nikah sama pacarnya yang langgeng
banget bertahun-tahun ?
Bukankah teramat banyak orang yang nikah sama pasangannya
yang ‘terakhir’ ? yang udah mepet banget karena usia udah pas buat menghasilkan
keturunan.
Coba deh direnungkan. Sebesar apa
pun harapan kamu terhadap seseorang yang ‘sekarang’ kamu percaya buat langgeng
sampe nikah, selalu saja ‘ada sesuatu’ yang bikin kalian putus tengah jalan nantinya.
Persis seperti yang terjadi dengan mantan-mantan kamu sebelumnya.Hingga
akhirnya jadian lagi sama yang lain, terus putus lagi. Jadian lagi sama yang
lain, terus putus lagi.
Hakikat orang menjalin hubungan
adalah untuk memantapkan pilihan hati terhadap “seseorang” yang akan
mendampingi hidupnya perlahan hingga tua mendatang. Dan tak lupa, menghadirkan
keceriaan atas buah cinta di tengah rumah tangga yang dibinanya. Menghadirkan
harapan, tanggung jawab, dan tujuan hidup kita di dunia ini.
Jangan munafik.
Walau sama-sama bisa menghasilkan
keturunan, tapi feel nya beda kan ? anak yang terlahir suci bisa jadi anugerah
terindah bagi sepasang suami isteri. Dan di saat yang sama bisa menjadi terhina
bagi sepasang manusia yang berstatus pacaran.
Karena orang gonta-ganti pacar,
bercakap-cakap manis terhadap pujaan hati, dan berakhir dengan sunda gurau itu
sudah terlalu mainstream. Coba deh, lakukan inovasi ! simpan kepercayaanmu di
akhir. Pada waktu mepet ! di saat usiamu sudah mencapai target untuk menikah.
Pacaran dan menikah itu beda banget. Bedanya, pacaran itu hubungan bohongan,
dan menikah itu hubungan seriusan.
Ibaratnya kita ini sedang menaruh
bibit. Bibit kepercayaan pada diri sendiri dan pada Allah yang telah
menjanjikan setiap manusia itu diciptakan berpasang-pasangan. Kita pupuk dengan
baik, siram dengan rutin, dan diberi pestisida herbal *emang ada ya ? :3* agar
membunuh hama yang bisa membuatnya mati sebelum berbuah manis.
Setelah berbuah matang, silahkan
buka kesempatan bagi orang yang berniat memanennya. pasang harga mahal ! jangan
mau diminta orang gitu aja, apalagi sampe dicuri. memangnya apalagi yang mahal selain sebuah
akad atas pernikahan ? mahal, karena Cuma seumur hidup sekali. *tergantung
takdir juga sih ya .. tetap aja momen yang langka banget kan ?
Jadi, jangan munafik. Kalau belum
siap serius, ya jangan main-main. Tak ada yang akan mempermainkan hatimu jika
kamu tidak mengizinkannya. Tidak membuka hati sembarangan. Tak bertindak
sembarangan. Ah, remaja ini memang masa yang sulit.
Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang
mukminah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada
bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan
yang nyata.
(Qs. Al Ahzaab (33) : 36)
(Qs. Al Ahzaab (33) : 36)
Comments
Post a Comment