Ada Apa Dengan Uang ?

               
               Aku muak. Aku benar-benar muak pada mereka. Mereka yang selalu mengasingkan orang lain yang tak lebih tinggi jabatannya darinya seolah merekalah raja yang paling candu pada harta. Dan mereka yang selalu merendahkan seseorang hanya karena apa yang nampak darinya, bukan hatinya. Aku muak, muak sekali. Namun kenapa semua itu seolah jadi sebuah persembahyangan pada ego mereka atas bentuk pemuasan setiap hasrat untuk menjadi yang terhebat. Apa hebatnya jika hanya mampu membuat simpul sinis di sudut bibirnya ? Ada apa dengan mereka ?

                Aku muak pada mereka yang selalu mentertawai seseorang atau seolah jadi penguasa dengan terus memarahinya dengan alasan-alasan tak jelas yang mereka sebut kewibawaa. Namun lebih pantas disebut omong kosong bagiku. Lalu tiba-tiba mereka  bertekuk lutut padanya bah seorang hamba yang siap mengabdi pada sang ratu selama mahkota meneduhi kepalanya.  Atau lebih tepatnya, mereka menunggu mahkota itu jatuh dan bersiap untuk mengambil  serpihan serbuk emas darinya yang mereka anggap sebagai jatah atas segala jejak yang ia buat dibalik bayangan sang ratu. Sang ratu yang masih menjadi bayangan mereka injak begitu saja. Dan ketika cahaya menerangi tepat di atas kepala, semuanya bersujud. 

                Ada apa dengan mereka ? lengkungan senyum manis itu terpancar pada orang-orang yang katanya terpandang dari segi materi. Bahkan mereka berani menempelkan bibirnya pada punggung tangan sang pemilik kekayaan. Juragan, bos, atau apalah yang senada dengan itu. Mereka yang dipanggil demikian pun membengkakkan dadanya tanda bangga atas apa yang bukan milik dia sepenuhnya. 

                Berbeda pada orang-orang kaya secara hakiki. Tak banyak yang dapat melihat cahaya terang benderang di balik jendela hatinya. Keteduhan yang terpancar atas ketebalan iman, keluhuran ilmu, dan kecantikan ihsan. Tak banyak yang dapat merasakannya. Hanya karena tak kau dapati emas atau berlian di balik sakunya, orang-orang hanya akan memandangnya sebagai bagian dari masyarakat kecil yang terpinggirkan. Tidak ada artinya bagi mereka. hanya sebagai bahan lelucon dan sindiran. 

                 Ada apa dengan uang ? mengapa benda lusuh yang tak lebih dari selembar kertas jelek atau kepingan logam karatan ini mampu memudarkan nilai sebuah penghormatan ? ketika uang bicara, semua diam mengeluarkan air liurnya lalu menggonggong seperti anjing untuk memintanya. Itu menjijikan. Ketika uang melambai lambai matanya tak berkedip mengikuti kemana uang itu mengarah untuk mematuhinya. Itu memalukan. Apa begitu dengan mudahnya harga diri seorang manusia direndahkan hanya karena uang ? manusia apakah yang seperti itu ? 

                Dunia yang dipenuhi orang-orang egois dan tak bisa membedakan mana baik mana buruk. Mereka hanya mau mengikuti hawa nafsunya lalu menjadikannya illah sebagai tonggak hidup yang akan membuatnya jatuh sedalam mungkin suatu saat nanti. Orang-orang yang tak pernah buta mata hatinya hanya menjadi debu dari sebuah gunung yang menjulang tinggi di alam yang sesaat ini. Apa mau dikata, kebaikan hanya milik mereka yang memiliki kuantitas terbesar. Itulah mengapa dunia ini begitu tidak adil ! 

                Kau tentunya tak ingin menjadi bagian dari makhluk menjijikan sang pemuja uang, bukan ? memang, tak ada yang salah dengan uang. Kau hanya perlu memposisikan inderamu pada poros yang tepat terhadapnya. Memberikan kendali bukan dikendali. Lalu jadikan dirimu dihormati oleh orang-orang yang Allah tinggikan derajatnya atas yang lain. Kebenaran yang mutlak hanya akan bersandar padaNya.  Mencari kekayaan dari Yang Maha Kaya. Maka keadilan akan dirasa setelah kenaifan ini berakhir. Suatu masa yang akan menunjukan akibat atas sebab yang telah diperbuat selama hidup di dunia ini. Bersabarlah..

Comments

Popular posts from this blog

Kami adalah Ummahatul Ghad (UG)

Cowok Keren Limited Edition

Barefoot In Baghdad (resensi buku dan sinopsis)