Bagaimana Rasanya Bunuh Diri ?


Apa yang membuat seseorang terpikirkan untuk mencoba bunuh diri ? stress. Ya, kita semua tahu alasan yang paling umum adalah karena orang itu mendapatkan tekanan terlalu banyak. Dia yang terlalu lemah jiwanya hingga tak mampu lagi untuk menghadapi segala ujian hidup yang datang menghampiri. Itulah yang aku alami, dulu. Pernah aku berpikir, bagaimana jika aku mati saja daripada harus terus seperti ini ? 

Waktu itu, aku sempat mengambil pisau dapur. Pisau ukuran cukup besar yang gagangnya berwarna merah. Kebetulan di rumah nenek waktu itu sedang sepi. Aku hanya kebingungan bagaimana memulainya ? apakah aku harus memotong urat nadi di pergelangan tanganku ? atau aku tikam perutku saja ? aah, rasanya pasti sangat menyakitkan. Apalagi nanti akan ada banyak darah yang mengalir akibat ulahku. Aku takut melihat darah, waktu itu.

Tak lama, aku segera menyimpan kembali pisau dapur tadi. Konyol sekali, kenapa harus susah payah begini ? kan bisa pakai racun tikus saja ! ya, mungkin itu tidak akan terlalu menyakitkan. Aku mulai memikirkan cara lain untuk mengakhiri hidupku sendiri dengan cara yang lebih aman. Tapi, dimana aku bisa mendapatkan racun tikus ? jika memesannya pada Bibi, dia akan curiga. Dan juga mungkin rasanya akan sangat tidak enak. Lalu, bagaimana jika nanti aku mengeluarkan busa atau bahkan lebih buruk dari itu ? bunuh diri yang sangat memalukan ! 

Racun tikus segera berlalu dari pikiranku. Aku tidak mau memakannya ! mungkin ada cara lain. Ya, aku pikir gantung diri bisa dilakukan ! urat nadi yang paling sensitif kan ada di leher ? dengan begitu aku akan cepat mati. Dengan mengikat tali di leher, tapi tunggu dulu. Pada apa aku akan mengikat ujung tali yang lain untuk menggantungkan leherku ? di rumah ada tangga yang terbuat dari besi. Ah, mungkin di situ saja. Dengan menggantung diri, apakah rasanya akan menyakitkan ? 

Gantung diri terlalu merepotkanku rasanya. Aku tak mau repot bahkan untuk saat saat terakhirku. Lalu dengan cara apa lagi ? oh, iya. Api ! bagaimana jika aku bakar diri saja ? untuk mendapatkan minyak tanah tak sulit bagiku. Aku punya tetangga yang kebetulan menjual minyak tanah. Banyak sekali. Aku bisa membelinya, lalu aku sirami pada sekujur tubuhku, dan terakhir aku gunakan korek api untuk memberi sedikit warna pada proses pembakaran. Seperti di upacara adat ngaben itu. Kan pakai api ? mungkin rasanya hanya akan sedikit panas. Sekalian, aku memang penasaran bagaimana rasanya dimasukkan ke dalam api neraka. hanya saja, bagaimana jika akhirnya aku juga akan masuk ke dalam api nereka itu, secara abadi. Itu semua akan teramat buruk ! lalu untuk apa aku mati jika akhirnya kehinaan yang akan aku dapatkan nanti ? 

Saat memikirkan semua cara di atas, usiaku belum mencapai aqil baligh. Makanya aku berani berpikir untuk  mencoba bunuh diri. “Karena belum baligh, aku belum mempunyai buku catatan amalku sendiri”, pikirku. 

“Mungkin, jika aku mati sekarang, sekalipun dengan usaha bunuh diri, aku akan tetap kembali padaNya di syurga sana dengan keadaan masih anak-anak. Aku sangat ingin berjumpa dengan penciptaku. Aku ingin mengeluh padaNya, aku ingin menghilang saja dari beban yang selama ini aku tanggung. Kenapa begitu banyak Dia berikan ujian hidup padaku yang masih anak-anak ini ? aku ingin mati saja !” begitulah yang ada dalam pikiranku, dulu.

Sekuat apapun aku berusaha untuk mati, aku tak berani menanggung rasa sakit yang akan aku alami nanti. Seperti apa rasanya bunuh diri ? jika di TV , mereka terlihat mudah-mudah saja melakukannya. Seperti tertidur. Apa bedanya ? tapi, itukan acting ! adakah seseorang yang bisa aku tanya bagaimana rasanya bunuh diri ? jika aku tanya pada mereka yang pernah melakukannya, bukankah mereka sudah mati ! ah payah sekali. 

Semua cara yang aku pikirkan, tak berhasil aku lakukan. Mengingat, kehidupan ini hanya satu kali saja di dunia. Bunuh diri atau pun tidak, akhirnya aku memang akan mati. Ujian hidup mungkin hanya akan sementara, semua akan berubah menjadi indah pada saatnya.

Aku memang takut untuk menjadi orang dewasa. Aku takut jika suatu saat nanti memiliki buku amalku sendiri, segala dosa akan dicatat. Aku tidak ingin masuk neraka. Tapi, aku tetap ingin tahu bagaimana rasanya tumbuh dewasa ? akankah aku menemukan seberkas cahaya yang memberi harapan agar dapat hidup lebih baik lagi ? akankah di masa depan segala airmata ini dapat terbayar dengan kebahagiaan ? apakah itu akan terjadi ? satu hal yang pasti, aku tidak boleh mati secepat ini ! 

       Dari kejadian itu, aku memilih untuk semakin mendekatiNya. Aku belajar bagaimana memanfaatkan waktu yang Allah berikan padaku. Aku belajar bagaimana orang-orang di luar sana yang kehidupannya jauh lebih buruk dariku bisa hidup lebih hebat dariku. Dan satu hal yang pasti, aku belajar bagaimana proses kematian yang tak bisa disepelekan. Jangan pernah lagi berpikir bagaimana caranya mengakhiri kehidupan yang berharga ini ! hari ini kita mungkin berpikir lebih baik mati saja. Tapi esok siapa yang tahu, Allah selalu punya kejutan istimewa untuk menghapus segala air matamu.

Comments

Popular posts from this blog

Kami adalah Ummahatul Ghad (UG)

Cowok Keren Limited Edition

Barefoot In Baghdad (resensi buku dan sinopsis)